16 feb ‘13
Hey, sang ilmuan disana
Jika aku tulis surat untuk mu, akankah kau baca
tulisan hatiku?
Aku ga pernah ngerti sebenarnya ini kehendak alam
semesta atau kehendak otak ku yang ingin berdiam sejenak. Aku juga ga pernah
ngerti kenapa tiba-tiba matahari memilihku untuk merasakan dunia ini begitu
damai dengan sinarnya.
Di hari yang lain matahari sengaja bersinar untuk
memberitahukan aku bahwa kamu itu cuma mimpi indah aku yang harus berakhir
ketika terbangun. Tentu ini harus berakhir, karena tidur bukan pilihanku untuk
melihatmu. Terbangun adalah hal terindah untukmu wahai sang ilmuan dan aku yang
harus menghentikan penantianku. Kau mendapat jawaban tentang aku yang bukan
menjadi mataharimu dan kamu juga bukan yang akan menyinariku. Hari ini selamat
untuk mu..pergilah menghilang sajalah..
Sebelum hari ini,sebelum mendengar sesuatu tentang
kamu yang akan menghilang,dan sebelum aku menangis, dunia aku sudah terlanjur
jatuh akan harap mu dan akan jemputan mu di depan rumah ku. Tapi kini hujan
yang jatuh sudah membasahi tanah yang kering, semua sudah basah hanya bisa
menunggu pelangi setelah badai kencang berlalu.
Namun ketika tiada pelangi dan hujan terus turun,apa
harapan ku selanjutnya? Menunggu semuanya hanyut kah? Tidak aku bukan rakit yang
harus terbawa arus. Aku bisa berdiri diatas karang yang tinggi, disana aku bisa
mulai terpejam dan mengerti kalau aku dan hidupku itu adalah sebuah perjuangan
sampai mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar